Lebih 50% Stunting di Nias Utara pada Tahun 2013
GUNUNGSITOLI – BALUSENIAS.COM
Pemerintah Kabupaten Nias Utara menggelar Forum Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Hotel Kaliki Kota Gunungsitoli, Jumat (10/8/2018). Acara yang dibuka resmi oleh Wakil Bupati Nias Utara, Haogosokhi Hulu ini, dalam rangka penurunan Prevalensi Stunting atau balita pendek. Sebagaimana pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 yang difokuskan pada empat program prioritas.
Peserta sosialisasi sendiri sebanyak 70 orang yang merupakan utusan 10 desa di wilayah Kabupaten Nias Utara. Terdiri dari camat, kepala desa, kelompok infomasi masyarakat, kader kesehatan, LPM, Tim Koordinaotor PKH dan media lokal di Nias Utara.
“Sosialisasi ini untuk memberi pemahaman dan pengetahun tentang Prevalensi Stunting kepada masyarakat. Serta meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat,” kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Nias Utara, Daliwanolo Telaumbanua.
Kegiatan itu, didasari Surat Direktur Jenderal Kemitraan Komunikasi Kementerian Kominfo Republik Indonesia No.676/2018, Tanggal 31 Juli 2018 Tentang Sosialisasi PHBS. Ditindaklanjuti dengan Surat Kepala Diskominfo Nias Utara No.5/489/B.Diskominfo/2018 Tanggal 7 Agustus 2018, Tentang pelaksanakan Sosialsiasi PHBS.
Sebagai Narasumber, Tim Koordinator Penganggulangan Kemiskinan Daerah, Yusman Zega. Yang menyampaikan materi Komitmen Pemerintah Kabupaten Nias Utara Intervensi Stunting Adalah memudahkan pembangunan lingkungan yang bersih dan sehat.
Sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kabupaten Nias Utara saat ini, yakni mandiri, beriman dan bersaing sehat. “Sehingga taraf kemiskinan masyarakat semakin menurun, dan akan sejahtera serta sehat,” jelas Yusman Zega.
Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nias Utara, Yaadil Telaumbanua, menyampaikan materi Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau Germas. Adalah mengawali dari kesehatan anak dalam kandungan selama sembilan bulan, dan setelah melahirkan harus dijaga kesehatan anak selama enam bulan.
Tidak boleh diberikan makanan pendukung, terkecuali air susu ibunya. “Persoalan ini yang sering kami sampaikan melalui petugas posyandu di masing-masing desa. Supaya penarapan hidup sehat dan bersih dapat dilaksanakan dengan baik,” katanya.
Meski sudah disosialisasikan, imbuh Yaadil Telaumbanua, di masa moderen ini semakin banyak orangtua yang tidak mau menyusui anaknya. Tapi hanya nenjaga kecantikannya, atau terlalu sibuk dengan tugasnya. Sehingga selama enam bulan anak diberikan susu kimia atau makanan lainnya,” tuturnya.
Menurut Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kementerian Kominfo RI, Maroli, Sosialisasi Penurunan Prevalensi Stanting sangat penting. Agar anak mendapatkan gizi yang baik dari orangtua, utamanya ibu. Sesuai harapan Presiden dan Wakil Presiden.
“Kemudian, agar generasi kita ke depan mampu menghadapi persaingan global. Bukan hanya sebagai kelas pekerja, tetapi kelas pemikir yang mampu membangun Indonesia,” pesannya.
“Tahun 2013 mencapai 50 persen lebih yang tergolong Stunting di Nias Utara. Dengan ciri utamanya adalah memiliki tinggi yang lebih pendek dari orang lain yang seusianya. Dan kita yakin di Nias Utara angka yang tergolong stunting tersebut sudah mulai menurun,” imbuh Maroli. (Efarius Zebua)