TUGALA OYO – BALUSENIAS.COM
Masyarakat Desa Botona’ai, Kecamatan Tugala Oyo, Kabupaten Nias Utara, berharap pemerintah dapat membangun jembatan di Sungai Na’ai. Agar mobilitas warga tidak terkendala, dan aktivitas sehari-hari berjalan baik.
“Kalau sungai meluap, kami tidak bisa menyeberang. Anak-anak juga terpaksa libur sekolah,” kata Yofinus Gulo, Kepala Dusun 1 Lolohowa, Desa Botona’ai pada Kamis, 22 Mei 2025.
Pria yang akrab disapa Ama Fiki ini mengungkapkan, warganya masih bisa menyeberang saat air sungai dangkal. Karena tidak ada jembatan, sepeda motor pun terpaksa masuk ke sungai. “Anak saya ada tiga masih SD (sekolah dasar). Kalau sungai banjir, ya tidak pergi sekolah,” ujarnya.
“Mau jembatan gantung, rangka baja atau beton, yang penting ada jembatan,” harap Folo’o Gulo alias Ama Eri, warga setempat.

Menurut Penjabat Kepala Desa Botona’ai, Sozanolo Gulo, penduduk di desanya berjumlah 1.672 jiwa dalam 216 kepala keluarga dan tersebar di tiga dusun. Pusat desa terletak di Dusun 2 Saitoene, yang terdapat tiga sekolah. Yakni SD Negeri 077783 Saitoene Botona’ai, SMP Negeri 4 Tugala Oyo, dan SMA Negeri 1 Tugala Oyo.
“Ya, memang kasihan anak-anak dari Dusun Lelehewa tidak bisa sekolah kalau air sungai naik. Kita harap bisa segera dibangun jembatan,” katanya.
Dijelaskannya, jika jembatan ada, bukan hanya warga Desa Botona’ai yang diuntungkan. Sebab, akses tersebut juga menghubungkan ke Kecamatan Mandrehe Utara di Kabupaten Nias Barat. “Cuma sekitar 1,5 kilometer dari Dusun Lolohowa ke Desa Lolomboli di Mandrehe Utara,” ujarnya.
Ditambahkan Asanuddin Gulo, warga telah mengajukan pembangunan jembatan ke berbagai pihak. Bahkan ke pemerintah pusat di Jakarta, telah disampaikan aspirasi masyarakat itu lewat grup WhatsApp milik Kantor Staf Presiden Republik Indonesia.
“Sudah kami sampaikan di grup KSP, dan telah ditanggapi. Kami diminta melengkapi data-data terkait usulan itu,” ujar Tokoh Masyarakat Desa Botona’ai yang merupakan Prajurit TNI Komando Distrik Militer 0213/Nias berpangkat Sersan Kepala.
Asanuddin Gulo mengatakan, lebar Sungai Na’ai setelah mereka ukur pada hari ini adalah 20 meter. Namun, kontur tanah yang tidak sama datarannya, mengakibatkan harus membuat jalan pendekat jembatan.
Ukuran yang diajukan adalah 50 meter di bagian Dusun Saitoene, dan 15 meter di wilayah Dusun Lolohowa. “Jadi totalnya 85 meter yang kami sampaikan di Grup KSP,” katanya.
“Kalau ada jembatan, belanja juga lebih dekat ke Mandrehe. Semoga ada perhatian pemerintah daerah, provinsi atau pusat,” imbuh Kepala Dusun 3 Hiliambawa, Yudiati Zebua. (Hasrat Hulu)