GUNUNGSITOLI – BALUSENIAS.COM
Masyarakat Desa Hilina’a, Kecamatan Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli, mengeluh soal air yang selama ini dinilai tidak layak. Meskipun air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Nadi, tapi seringkali tampak keruh.
Menurut Amosi Zebua alias Ama Irman, air yang mengalir ke rumahnya tidak pernah bersih selama 14 tahun ini.
“Silahkan lihat di rumahku. Sudah berapa kali ada petugas datang dari PDAM Tirta Nadi, tapi tidak ada perubahan,” ungkapnya dalam ruang diskusi pada Reses Masa Sidang II DPRD Kota Gunungsitoli oleh Fatinasa Zalukhu dan Arofao Telaumbanua.
Soal air bersih, sebelumnya telah disampaikan Yustinus Zebua alias Ama Ferdinan. Ia menyarankan agar PDAM Tirta Nadi yang saat ini merupakan Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Nias, diambil alih oleh Pemko Gunungsitoli.
Fatinasa Zalukhu mengaku ia pun mengeluhkan kualitas air bersih yang dikelola oleh PDAM Tirta Nadi. Air yang mengalir ke rumahnya di Jalan Diponegoro Desa Sifalaete Tabaloho, Kecamatan Gunungsitoli, juga seringkali buruk kualitasnya.
“Bukan hanya keruh, kadang ada cacingnya,” kata Politisi Partai Golkar ini dalam reses yang digelar di Balai Pertemuan Umum Desa Hilina’a, Jalan BPU Nomor 4 Dusun II Desa Hilina’a.
Fatinasa Zalukhu menegaskan akan memperjuangkan aspirasi masyarakat itu agar terealisasi di tahun 2026. Efesiensi anggaran oleh pemerintah pusat, mengharuskan pemerintah daerah mengurangi anggaran secara signifikan.
Baca juga: Reses Fatinasa Zalukhu dan Arofao Telambanua, Ini Aspirasi Warga Desa Hilina’a
Aspirasi akan diperjuangkan terealisasi tahun depan. Ia meminta dimaklumi untuk tahun 2025 ini, karena banyak pemotongan anggaran dari pusat.
“Tolong Dinas PU (Dinas Pekerjaan Umum Dan Tata Ruang Kota Gunungsitoli) catat dan sampaikan ini. Kami juga akan sampaikan ini ke pemerintah,” imbuhnya.
Politisi Partai NasDem, Arofao Telaumbanua mengakui sebelumnya telah mengusulkan anggaran untuk mengatasi persoalan air bersih. Setelah terealisasi, anggaran tersebut dibagi untuk proyek air bersih di sejumlah desa.
“Air bersih itu adalah usulan di 2020 senilai Rp35 miliar, itu dibagi beberapa desa. Tapi belum diaktifkan. Akan diaktifkan setelah dibentuk pengurusnya. Masih uji coba dan mudah-mudahan segera diaktifkan,” katanya.

Soal air bersih, Temasokhi Zebua selaku Ketua DPC Komando Garuda Sakti Aliansi Indonesia atau KGSAI Kota Gunungsitoli pernah menyinggung satu titik proyek bermasalah. Yakni Proyek Peningkatan Sistem Penyediaan Air Minum atau SPAM Jaringan Perpipaan di Desa Dahana Tabaloho, Kecamatan Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli.
Meski sudah menelan anggaran sebesar Rp2,5 miliar lebih, proyek yang sudah selesai dikerjakan pada September 2024 lalu itu tidak bisa dinikmati warga. “Sudah dua kali proyek yang sama, tapi tidak berfungsi,” ujarnya kepada BaluseNias pada Rabu, 4 Juni 2025.
Baca juga: Proyek Air Minum Senilai Rp2,5 Miliar Tak Berfungsi, Warga Dahana Tabaloho Kecewa
Dijelaskannya, proyek pertama di tahun 2016 dengan anggaran senilai Rp1,2 miliar lebih. Hasil dari pembangunan bak penampungan air itu tidak bisa dinikmati oleh warga.
Kemudian diadakan lagi proyek yang sama dengan kapasitas 2,5 L/DET yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus tahun 2024 dengan anggaran senilai Rp1.395.136.000. Dibangun di lokasi hanya berjarak sekitar lima langkah saja dari proyek pertama.
“Penampungan air pertama penuh dengan lumpur, sama dengan penampungan yang baru,” kata Temasokhi Zebua.
Ia menerangkan, SPAM Jaringan Perpipaan adalah satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan air minum yang disalurkan kepada pelanggan melalui sistem perpipaan. Mestinya, diadakan untuk menjamin kepastian kuantitas dan kualitas air minum yang dihasilkan serta kontinuitas pengaliran air minum.
“Tapi ini malah hasilnya tidak berguna bagi masyarakat. Sudah delapan bulan selesai, belum menikmati. Padahal pemasangan meteran air sudah dilakukan,”
“Kami kecewa,” ujar Kepala Desa Dahana Tabaloho, Elpiter Harefa kepada media pada Minggu, 1 Juni 2025 lalu. (Jojor Masihol Marito)