GUNUNGSITOLI – BALUSENIAS.COM
Ketua DPRD Kabupaten Nias, Sabayuti Gulo, mengakui mendengar langsung keluhan terkait pelayanan kesehatan di RSUD dr Martin Thomsen Nias. Keluhan tersebut disampaikan pasien yang telah kecewa atas pelayanan rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Nias itu.
“Hari ini saja, sudah dua keluhan saya terima,” katanya pada Senin (12/8/2025) sore di ruang kerjanya.
Sabayuti Gulo mengungkapkan, informasi pertama disampaikan seorang warga yang hendak memeriksa kesehatannya dengan alat Computerized Tomography Scan. CT Scan adalah prosedur pemeriksaan medis yang menggunakan kombinasi teknologi sinar-X dan sistem komputer khusus.
“Tadi ada warga mau discan, tapi tidak bisa karena alasan CT Scan tidak berfungsi, rusak. Baru saya terima infonya tadi pagi. Kalau tidak pakai CT Scan, bisa salah diagnosa,” ujarnya tanpa menyebut nama warga dimaksud.
Informasi kedua, disampaikan langsung di ruangan kerja Sabayuti Gulo oleh Asa’aro Lase, warga Kelurahan Ilir, Kota Gunungsitoli. Pria paruh baya ini mengeluhkan tidak dapat mendapat tindakan medis oleh dokter spesialis bedah.

“Kaki saya bengkak, dan tampak sudah bernanah. Jadi saya berobat ke Tabita, tapi Dokter Agnes bilang tak bisa tangani dan harus ke dokter bedah. Saya dirujuk ke RSUD dr M Thomsen,” beber Asa’aro Lase yang pernah duduk sebagai Anggota DPRD Kabupaten Nias Utara.
Berbekal rujukan dari Klinik Pratama Tabita di Jalan Nilam Kota Gunungsitoli itu, Asa’aro akhirnya mendatangi loket pendaftaran di Lantai II Gedung Baru RSUD dr M Thomsen Nias. Namun, petugas loket menolak dengan alasan dokter bedah sedang tidak aktif dan mengarahkannya ke dokter umum di sana.
“Saya bilang, untuk apa ke dokter umum? Kan sudah bayar BPJS. Di Tabita pun sudah tak sanggup. Apa saya ini mau dijadikan kelinci percobaan (oleh dokter umum)?” ujarnya.
Karena menolak ditangani dokter umum, petugas loket pendaftaran meminta agar mendatangi Bagian Pengaduan. Asa’aro Lase pun menolak, karena datang bukan untuk mengadu. Kemudian meminta bertemu dengan kepala ruangan.
Baca juga: Pasien Keluhkan Tak Ada Dokter Bedah, Begini Kata Manajemen RSUD dr M Thomsen Nias
“Tak bisa juga bertemu, alasannya ada mahasiswa baru mau diterima. Ini sudah masalah, sekelas Thomsen begini kondisinya. Ini satu-satunya rumah sakit rujukan di Pulau Nias. Kasihan masyarakat lain yang berniat berobat. Karena dokter umum tidak bisa masuk dalam layanan BPJS. Saya datang ke pak dewan, agar rumah sakit bisa dievaluasi,” katanya.
Sabayuti Gulo menuturkan, sebagai legislator yang berwenang melakukan pengawasan, ia lebih menitikberatkan bidang pembangunan lainnya. Seperti infrastruktur, pendidikan dan kesehatan.
Hanya saja, Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini tidak fokus di RSUD dr M Thomsen Nias. Sebab, kurangnya informasi yang diterima terkait pelayanan di rumah sakit yang berstatus Badan Layanan Umum Daerah dan setiap tahun ditopang anggaran dengan subsidi dari Pemkab Nias.
Baca juga: Dokter Spesialis Bedah Tak Ada, Pasien RSUD M Thomsen Nias ‘Balik Kanan’
“Jadi bersyukur, hari ini dapat 2 info soal RSUD. Dengan info ini, kami akan evaluasi. Tadinya soal pelayanan, tapi ini sudah soal pengelolaan,” imbuhnya.
Sabayuti Gulo berterimakasih atas informasi yang diterimanya. Menurutnya, informasi yang disampaikan warga itu mahal bagi dirinya dan lembaga DPRD. “Kami akan komunikasikan langsung dengan direkturnya, juga koordinasi dengan bupati,” ujarnya.
“Saya sudah minta dicopot baliho 3S (Senyum, Salam, Sapa) di rumah sakit itu. Untuk apa itu dipampang, kalau tak sesuai pelayanannya,” tegasnya. (Sarofati Lase)