IDANOGAWO – BALUSENIAS.COM
Keturunan Si Raja Batak bermarga Hutagalung, terus mempererat persaudaraan di wilayah Kepulauan Nias. Meski masing-masing punya kesibukan, tetap menyempatkan hadir dalam pertemuan yang dijadwalkan.
Kebersamaan itu tampak dalam acara Bona Taon Punguan Si Raja Hutagalung yang diadakan di Pantai Bozihona Desa Bozihona, Kecamatan Idanogawo, Kabupaten Nias. Tidak hanya para orang tua, pemuda dan anak-anak turut merasakan keceriaan sebagai keluarga besar.
“Puji Tuhan, hari ini kita berkumpul dengan sukacita. Ini belum semuanya hadir, karena ada saja kegiatan saudara kita yang lain tak bisa ditinggalkan,” kata Saolo Hutagalung, Ketua Punguan Si Raja Hutagalung, Boru, Bere dan Ibebere Se-Kepulauan Nias pada Minggu, 2 Maret 2025.
Saolo Hutagalung mengungkapkan, Punguan Si Raja Hutagalung telah 40 tahun hadir di Tano Niha, sebutan Pulau Nias. Sebagai wadah untuk silaturahmi sesama keturunan Raja Hutagalung yang memiliki dua anak. Yaitu, Mira Lopak dan Raja Ina-ina.

Salah satu pendirinya adalah Jhonson Hutagalung, yang merupakan keturunan ke-15 dari Si Raja Hutagalung, dari garis keturunan anak bungsu Raja Ina-ina. Sedangkan Raja Ina-ina memiliki empat anak. Yakni, Mata Sapiak Langit, Datu Sorga, Bulung Motung dan Partombus.
“Saya keturunan ke-16 dari garis keturunan Datu Sorga,” ujar Saolo Hutagalung yang berasal dari Parsingkaman, Kecamatan Adian Koting dan menikahi Putri Nias bermarga Bu’ulolo.
Dari catatan pengurus Punguan Si Raja Hutagalung, keanggotaan ada 25 keluarga yang tersebar di seluruh Pulau Nias. Sepuluh di antaranya adalah pasangan yang menikah dengan putra dan putri asal Pulau Nias.
“Ikut dalam punguan (kumpulan) marga itu perlu. Tidak cuma bersilaturahmi, tapi juga bisa saling belajar adat batak,” kata Mangihut Hutagalung yang berasal dari Pagaran Pisang di Poriaha Julu, Kabupaten Tapanuli Tengah. Ia menikah dengan Putri Nias bermarga Bate’e dan sudah 19 tahun hidup di Tano Niha.

Antusias juga ditunjukkan bere. Yaitu mereka yang adalah putra atau putri dari wanita yang bermarga Hutagalung. Misalnya, Juniasti Zai yang ibunya bermarga Hutagalung dari Tarutung.
Meski ia menikah dengan dengan Putra Nias bermarga Hura, dia sangat senang masuk dalam Punguan Si Raja Hutagalung. “Senang kali tulang. Jadi tahu adat budaya Batak. Suami juga suka ikut acara-acara punguan ini,” ungkap Juniasti yang dipanggil Ina Ardel Hura.
“Karena kita hidup di Pulau Nias, kita juga harus menghormati adat budaya Nias. Apalagi banyak dari kita yang sudah menikah dengan Ono Niha,” kata Elon Frengki Hutagalung keturunan ke-17 dari Partombus yang berasal dari Simaremare, Kota Sibolga.
Saolo Hutagalung berharap, kekompakan anggota punguan terus terjaga. Tidak hanya dalam acara gembira seperti Bona Taon maupun pesta-pesta keluarga. Tapi juga dalam kedukaan atau kesedihan yang dialami.
“Mari kita saling menguatkan. Kalau ada salah paham, bisa saling memaafkan,” ajaknya saat berbicara di acara yang digelar di tepi laut itu. (Setiaman Zebua)