GUNUNGSITOLI – BALUSENIAS.COM
Partai Solidaritas Indonesia atau PSI punya cara tersendiri dalam memilih ketua di masing-masing tingkatan pengurus. Hal itu dimunculkan sejak partai politik ini resmi mengubah nama menjadi Partai PSI Perorangan sejak Sabtu, 22 Februari 2025.
“PSI namanya jadi Partai PSI Perorangan TBK (terbuka) kalau usul Pak Jokowi (Joko Widodo, Presiden ke-7 Republik Indonesia),” ungkap Nezar Djoeli, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PSI Provinsi Sumatera Utara, Nezar Djoeli, pada Selasa, 11 Maret 2025.
Melalui pesan WhatsApp, Nezar Djoeli mengatakan, PSI kini adalah partai politik yang dimiliki secara perorangan oleh anggotanya. Bukan milik keluarga atau segelintir elite. Wujud konkretnya adalah, seluruh anggota punya hak memilih ketua umum.
PSI mencoba terus beradaptasi sesuai tuntutan zaman. Melalui sistem ini, PSI akan menjadi partai yang benar-benar terbuka, milik anggota partai. Kalau dalam dunia bisnis ada konsep TBK atau terbuka. PSI dalam hal ini akan menjadi partai yang ‘super terbuka’.
Parpol menjadi partai pertama di Indonesia yang menjalankan sistem one man one vote (satu orang satu pilihan) dalam memilih ketua umum. Begitu juga dalam memilih ketua di tingkat provinsi, tingkat kabupaten atau kota dan kecamatan.
“Ada perubahan besar untuk PSI yang sekarang. Nanti setelah kongres ataupun kopdarnas (kopi darat nasional) yang rencananya akan dilaksanakan Mei atau Juni. Karena setiap kader yang akan memilih ketuanya melalui sistem penungutan suara,” kata Nezar Djoeli.
Soal PSI yang belum memenuhi syarat ambang batas 4 persen, Nezar menegaskan adanya perubahan aturan hukum menjadi 2,5 persen sesuai Peraturan Komisi Pemilihan Umum. Diakuinya, seluruh Pengurus PSI di Kepulauan Nias masih yang lama. Kecuali DPD PSI Kota Gunungsitoli.
“Masih status quo (tidak ada perubahan). Karena SK ketua termasuk saya sudah berakhir pada tahun 2024. Sekarang kami Plt (pelaksana tugas),” jelasnya.
Khusus untuk DPD PSI Kota Gunungsitoli, Nezar Djoeli menegaskan telah berganti pimpinan. Sebab, pada perhelatan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Gunungsitoli tahun 2024, ada perbedaan pandangan.
Ketua DPD PSI Kota Gunungsitoli saat itu, Markus Kaide Hulu, berbeda arah dukungan dengan DPP PSI yang memberikan rekomendasi kepada Karya Septianus Bate’e dan Yunius Larosa. Selain PSI, pasangan ini diusung oleh PAN, NasDem dan Partai Buruh.
“Gunungsitoli sudah bukan Markus dari pemilihan kemarin. Karena Markus berbeda pilihan, sehingga menentukan sikap politiknya. Gantinya, adik ipar Karya Bate’e (Eliaman Zebua),” ungkapnya.
Dikonfirmasi terpisah, Markus Kaide Hulu mengaku menerima keputusan atau kebijakan yang diambil PSI. Sebab, ia berbeda pandangan politik dalam Pemilukada Kota Gunungsitoli. “Saya sudah mengundurkan diri pada bulan Juli 2024 lalu,” katanya.
Kendati perhitungan politiknya terbukti benar, Markus tak lantas kecewa atas kebijakan DPP PSI. Terbukti, pasangan Sowa’a Laoli dan Martinus Lase yang didukungnya memenangkan Pemilukada di Gunungsitoli, ia tak lantas jumawa.
“Saya kirim surat pengunduran diri dari PSI melalui pos. Sampai saat ini, saya belum berpikir untuk masuk di parpol mana pun,” tegasnya. (Jojor Masihol Marito)