IDANOTAE – BALUSENIAS.COM
Akses menuju 12 desa di wilayah Kecamatan Idanotae, Kabupaten Nias Selatan, kondisinya memprihatinkan. Selain terjal, batu-batu besar berhamburan di jalan membuat pelintas kesulitan. Jika bukan kendaraan yang rusak, pengguna jalan rawan celaka.
Kepala Desa Hilimbowo Idanotae, Mardinus Tafonao, mengaku telah mengusulkan perbaikan jalan antar desa itu ke pemerintah kecamatan. Bahkan, setiap diadakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Tingkat Kecamatan atau Musrenbangcam, usulan yang sama ia sampaikan.
“Setiap tahun saya hanya mengusulkan satu program, ya perbaikan jalan antar desa ini. Tapi sampai sekarang kondisinya tetap sama,” ujarnya saat ditemui di Desa Hilimbowo pada Jumat, 28 Maret 2025 pagi.
Ia menjelaskan, jalan poros tersebut tidak hanya akses menuju 12 desa di Kecamatan Idanotae. Namun, jalan tersebut juga akses terdekat menuju wilayah Kecamatan Bawolato di Kabupaten Nias. Arah sebaliknya, menuju Kecamatan Gomo di Kabupaten Nias Selatan.
“Capek rasanya. Satu usulkan itu saja tidak pernah terealisasi, apalagi mau usulkan banyak,” keluhnya.
Dari Hilimbowo yang merupakan ibukota Kecamatan Idanotae, berjarak sekitar 6 kilometer menuju Kantor Camat Gomo. Sedangkan ke Kecamatan Bawolato, berjarak sekitar 15 kilometer. “Yang paling parah jalannya ya ke Gomo. Bisa bapak lihat dan rasakan sendiri kalau lewat ke Gomo,” katanya.
Mardinus berharap, Pemerintah Kabupaten Nias Selatan dapat segera merespon. Sebab kerusakan jalan tersebut sudah sangat parah, dan membuat mobilitas masyarakat terkendala. Imbasnya, harga-harga kebutuhan naik dan sebaliknya harga jual komoditi pertanian turun.
“Dulu masa kampanye, beliau (Bupati Nias Selatan, Sokhiatulo Laia) berjanji akan membangun jalan ini. Mudahan beliau ingat. Karena bupati sebelumnya, sampai habis masa jabatannya, tidak ingat memperbaikinya,” katanya.

Saat BaluseNias menuju Hilimbowo dari Simpang Huno, jalan masih tampak bagus hingga melintasi Desa Sifaoroasi Ulu Hou yang masih wilayah Kabupaten Nias. Begitu masuk wilayah Kabupaten Nias Selatan di Desa Awoni, langsung menemui susunan batu atau onderlaag dan tanah.
Belasan titik jalan menanjak menjadi kendala. Karena kemiringannya ada yang mencapai 45 sampai 50 derajat. Ditambah lagi batu-batu yang berhamburan, membuat roda kendaraan kadang berputar di tempat.
Memasuki Desa Umbu Idanotae, kerusakan parah masih sama. Hanya saja, di tanjakan yang tinggi, tampak dilakukan semenisasi pada bagian kiri dan kanan jalan. Meski lebar tiap semenisai hanya sekitar 40 centimeter, sangat membantu para pengendara dan pejalan kaki.
Hingga melintasi Desa Sirahia, kondisi jalan tidak berbeda. Setelah sampai di Hilimbowo, jalan terlihat lebih baik, kendati masih rusak di sana dan sininya. Apalagi curah hujan yang tinggi belakangan ini, membuat jalan licin.
“Beginilah kondisi kami bertahun-tahun. Perjuangan keras untuk pergi dan pulang ke desa. Mau ke pajak (pasar) saja hari ini harus kerja keras bawa motor,” kata Idaman Bawamenewi, warga Desa Umbu Idanotae yang juga Anggota Panwas Kecamatan Idanotae.
Menuju Gomo, perjuangan tidak lebih mudah. Jarak enam kilometer harus ditempuh ekstra hati-hati saat berkendara. Karena saat memasuki wilayah Desa Hilisalo’o dan Desa Hiliserangkai, yang ditemui hanya onderlaag berupa batu-batu keras. Perut pun terus terguncang.
Paling parah ketika masuk di wilayah Desa Lahusa Idanotae, tepatnya tanjakan di depan Gereja BNKP Jemaat Lahusa Idanotae. Tanjakan yang kemiringannya mencapai 45 derajat itu, ada bagian yang berupa tanah dan batu yang berserakan. Sehingga pengendara harus mengambil tepi sebelah kanan naik.
Setelah sampai di bagian atas jalan, pengendara dihadapkan turunan dengan kemiringan lebih curam. Tidak itu saja, turunan ini cukup panjang. Membuat jantung berdebar bagi yang tidak biasa melintasi jalan seperti itu.
Sepanjang wilayah desa terakhir di Kecamatan Idanotae ini, tidak ada jalan yang bisa dikatakan baik. Hingga melewati sebuah jembatan, barulah sedikit lega karena tampak jalan semenisasi selebar 3 meter. Tapi, masih ada jalan seram setelah sekitar 400 meter. Turunan menuju jembatan di Pasar Gomo sangat curam dan licin.
“Hati-hati pak. Pastikan rem masih bagus, dan jangan salah pencet. Di bawah sudah menunggu jurang, atau besi jembatan,” gurau Martinus Tafonao, Sekretaris Desa Hilimbowo Idanotae yang baru pulang dari Pasar Gomo. (Sonny Lee Hutagalung)