MANDREHE – BALUSENIAS.COM
Sejumlah tokoh nasional meminta program Makanan Bergizi Gratis atau MBG untuk dihentikan. Banyaknya kasus keracunan yang hingga bulan ini telah mencapai 5.626 ditemukan di puluhan kota dan kabupaten di 16 provinsi. Kelayakan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau Dapur MBG dipertanyakan.
“Kita sepakat program Presiden Prabowo Subianto itu baik. Tapi kelayakan setiap Dapur MBG harus dipastikan sudah memenuhi syarat,” kata Ketua DPD Laskar Anti Korupsi Indonesia (LAKI) Kepulauan Nias, Gunawan Hulu.
Pengelola atau Pemilik Dapur MBG di Desa Simaeasi, Kecamatan Mandrehe, Kabupaten Nias Barat, Bezisokhi Gulo, memastikan dapur mereka steril. Bangunan berupa rumah toko dengan lima pintu tersebut, berukuran 20 x 17 meter.

Setiap ruangan berukuran 4 x 17 meter, berbeda fungsi. Ruang atau pintu pertama khusus sebagai Kantor SPPG dengan peralatan lengkap seperti komputer, meja dan alat komunikasi lainnya.
Pintu kedua digunakan untuk penyimpanan bahan kering dan basah dengan beberapa kamar terpisah. Pintuk ketiga dikhususkan sebagai tempat memasak makanan dan alat pendingan atau kulkas.
“Ruang keempat untuk packing (membungkus) makanan sebelum diantar ke penerima manfaat. Ruang terakhir adalah tempat peralatan dan air bersih,” katanya saat dikunjungi sejumlah jurnalis pada Jumat (26/9/2025).
Ama Bram menegaskan, SPPF yang mereka kelola berpatokan pada Keputusan Kepala BGN Nomor 63 Tahun 2025. Tentang Perubahan Kedua Atas Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Bantuan Pemerintah Untuk Program MBG Tahun Anggaran 2025.

Dari sisi konstruksi bangunan, peralatan dan kelengkapan lainnya mengikuti syarat dalam peraturan tersebut. Peralatan yang digunakan terbuat dari stainless steel atau baja tahan karat. Seperti sendok, garpu, panci, dandang, wajan, steamer, hingga meja dan rak.
Untuk memenuhi standar ditentukan BGN, pihaknya membeli peralatan dari Jakarta. Dapur dilengkapi dengan blower atau mesin pembuang asap.
“Air kami pakai RO (Reverse Osmosis), bukan air bersih biasa. Mesin ini hasilkan air minum yang murni dan aman untuk dikonsumsi,” ujarnya seraya memersilahkan jurnalis melihat dan mendokumentasikan seluruh ruangan dan peralatan.
Dapur MBG Simaeasi melayani 1.600 penerima manfaat di 35 sekolah yang tersebar di wilayah tiga kecamatan. Yaitu Mandrehe, Lahomi dan Sirombu. Armada untuk mengantar makanan, disediakan dua unit mobil yang menempuh jarak hingga 16 kilometer.
“Saat ini pekerja di dapur ini ada 28 orang. Senin nanti ditambah tujuh orang, jadi 35 semua,” terang Ama Bram yang mengelola dapur di bawah naungan Yayasan Solala.
Baca juga: Dapur MBG di Lahomi Ditutup Sementara, Apa Alasannya?
Hal yang sama diungkapkan Firman Zebua, Kepala SPPG Desa Fadorosifulubanua di Kecamatan Mandrehe Barat. Dapur MBG ini melayani 2.696 penerima manfaat di 34 sekolah itu dalam wilayah Kecamatan Mandrehe Barat dan satu sekolah di Kecamatan Mandrehe.
“Kami baru mulai beroperasi tanggal 9 lalu pak. Semua mengikuti aturan BGN. Owner (pemilik) pak Mareko Zebua alias Ama Memo,” katanya.
Firman Zebua mengakui salah satu kesulitan SPPG tersebut adalah dalam pengantaran makanan. Akses cukup sulit dengan kondisi jalan yang dilintasi sebagian rusak. Dua armada disiapkan adalah satu unit mobil Daihatsu L300 tertutup dan satu unit Toyota Kijang LGX.
Hendak dimintai komentarnya, Koordinator Badan Gizi Nasional Wilayah Kabupaten Nias Barat, Yusminar Santrian Dakhi, tidak berkomentar.
“Kurang bagus jaringan pak. Di-chat saja pak, jaringan kurang mendukung,” kata wanita tamatan dari SMA Negeri 1 Telukdalam melalui pesan WhatsApp.
Lulusan Program Studi Strata 1 Gizi Institut Kesehatan Sumatera Utara ini tidak lagi menjawab pesan yang dikirim oleh BaluseNias. (Jojor Masihol Marito)