GUNUNGSITOLI – BALUSENIAS.COM
Malang nasib 14 orang yang kini terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit Umum Bethesda dan RSUD dr M Thomsen Nias. Akibat makan mi instan, mereka harus dirawat intensif dengan infus sejak dua hari lalu.
Menurut Apri Andi Harefa, usia 34 tahun, dia sudah dirawat di RSU Bethesda sejak Minggu, 25 Mei 2025. Sebelumnya, dia menjalani perawatan di Puskesmas Fodo di Desa Fodo, Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kota Gunungsitoli.
“Saya di puskesmas sekitar dua jam, lalu pulang tapi perut terasa makin sakit. Jadi kemarin saya kesini, dan ternyata hampir semua (korban keracunan) dirawat di sini,” ujarnya pada Senin, 26 Mei 2025 di ruang perawatan.
Diungkapkannya, kejadian bermula pada Jumat, 23 Mei 2025. Ketika ia yang bekerja di sebuah toko roti, ditawari mi instan oleh beberapa remaja berstatus pelajar sebuah SMA di Kabupaten Nias.
“Ceritanya di toko ada anak PKL (praktek kerja lapangan), dan mereka melakukan perpisahan dengan memasak mi instan di luar toko. Setelah masak, mereka suguhkan ke kita karyawan. Habis makan itulah, kami rasa sakit perut,” katanya.
Karena merasa sangat sakit dalam perut, mulas yang perih, ia memutuskan berobat ke Puskesmas Fodo. Ternyata beberapa rekannya juga merasakan sakit yang sama, dan pergi juga mencari perawatan.
Sebagian mereka langsung ke rumah sakit dan puskesmas lainnya. Bahkan, akibat sakit yang luar biasa, ada yang muntah darah dan pingsan. “Ada yang dibawa ke rumah sakit, ada juga yang dibawa ke ‘orang pintar’ katanya keracunan,” ungkap Apri Andi Harefa.
“Yang lebih kasihan, ada teman karyawan yang bawa mi itu ke rumah dan kasih ke kakaknya yang lagi hamil tiga bulan. Kakaknya sekarang di RSUD dr Thomsen Nias,” imbuhnya.
Pria yang tercatat sebagai warga Desa Faekhu, Kecamatan Gunungsitoli Selatan ini, mengakui jika semua mereka yang memakan mi instan itu merasakan sakit yang sama. Namun tidak semua mereka pergi berobat di hari Jumat itu.
Setelah menjalani perawatan sejak kemarin, ia mengaku kondisinya lebih baik. Meski masih terasa mulas dan buang air berbentuk cairan. Ia berharap, kasus keracunan itu ditindaklanjuti oleh pihak berwenang.
“Kita minta diusut lebih dalam lagi, dan jangan tinggal diam,” harap Apri Andi Harefa yang sehari-hari bertugas menyiapkan dan memeriksa pesanan kue sebelum dikirim.
“Iya, perut saya masih terasa sakit sampai hari ini,” ungkap Efan Zebua, warga Desa Madula, Kecamatan Gunungsitoli Selatan, berada di ruang perawatan yang sama dengan Apri Andi Harefa.
“Maunya cepat keluar dari sini, tapi masih lemas rasanya. Sakit kali bang,” kata Janiasman Harefa, juga di ruangan yang sama. (Arvil Laoli)