GUNUNGSITOLI – BALUSENIAS.COM
Delapan Penyuluh Agama Kantor Kementerian Agama Kota Gunungsitoli masuk ke Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas Kelas IIB Gunungsitoli pada Kamis, 5 Juni 2025 pagi. Mereka melakukan pelayanan rohani bagi para terpidana yang beragama kristen.
Sebanyak 50 narapidana berkumpul di Gereja Oikumene Fa’omasi Lapas Gunungsitoli. Mereka dilayani dalam ibadah yang dipimpin Nismentari Gea, S.Pd yang bertindak sebagai Worship Leader.
Sadarman Sarumaha S.Pd melayani dalam Firman Tuhan yang mengambil tema “Iman Mengusir Kekuatiran”. Ia mengajak para napi yang disebut Warga Binaan Pemasyarakatan atau WBP untuk bersemangat dalam hidup.
Mengandalkan Tuhan dalam setiap hal. “Tidak usah khawatir tentang apa pun juga, karena bagi Tuhan tak ada yang mustahil,” kata Sadarman Sarumaha dalam khotbah dengan mengambil 1 Petrus 5: 6-11 sebagai ayat inti.

Menurut Delta Purnama Sari Zebua S.Pd, pelayanan rohani tersebut merupakan kegiatan rutin dari Kantor Kemenag Kota Gunungsitoli yang dilaksanakan setiap Kamis.
Ibadah yang dimulai sejak jam 9 pagi itu, dimulai dengan puji-pujian. Setelah khotbah, dibentuk kelompok doa yang dipimpin oleh delapan penyuluh agama.
Selain pengkhotbah dan pemimpin ibadah, ada Hernidar Laowo S.Pd, Mintariang S.Th, Kristina S.Th, Aslina Telaumbanua S.Th dan Milka Zebua S.Th.
“Kami tidak selamanya di kantor, sesekali ke lapangan. Tidak hanya di Lapas, kami juga ke desa-desa, dan juga pelayanan melalui radio di RRI,” ujarnya pada BaluseNias usai ibadah.
“Kalau ada orang-orang Lapas yang mau didoakan langsung disampaikan ke kami. Kami pun langsung mendoakan mereka,” imbuhnya.
Pembina Kerohanian Agama Kristen Lapas Gunungsitoli, Dermawan Harefa hadir mewakili Kepala Lapas Kelas IIB Gunungsitoli, Tonggo Butar Butar. Ia mengatakan, pelayanan dari Kemenag Kota Gunungsitoli merupakan salah satu pembinaan kepribadian khususnya kerohanian.
Untuk memenuhi hak-hak WBP Lapas Gunungsitoli terus melaksanakan pembinaan kerohanian bagi seluruh WBP. Pembinaan kerohanian dilakukan dalam berbagai kegiatan. Untuk mereka yang beragama Kristen, salah satunya ibadah atau kebaktian di gereja.
Setiap kegiatan tersebut telah diagendakan secara rutin, guna meningkatkan kualitas spiritual para WBP selama mereka menjalani masa pidana. “Meski dibatasi kebebasan karena menjalani masa pidana, tetap dijamin ibadah mereka,” katanya. (Jojor Masihol Marito)